Pestisida selain bermanfaat, juga menghasilkan dampak lingkungan. Disamping bermanfaat untuk meningkatkan hasil pertanian, ia juga menghasilkan dampak buruk baik bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Lebih dari 98% insektisida dan 95% herbisida menjangkau tempat selain yang seharusnya menjadi target, termasuk spesies non-target, perairan, udara, makanan, dan sedimen.
Pestisida dapat menjangkau dan mengkontaminasi lahan dan perairan
ketika disemprot secara aerial, dibiarkan mengalir dari permukaan
ladang, atau dibiarkan menguap dari lokasi produksi dan penyimpanan. Penggunaan pestisida berlebih justru akan menjadikan hama dan gulma resistan terhadap pestisida.
Dampak-dampaknya.
Manusia & pertaniannya
Pestisida berimplikasi dalam kesehatan manusia karena polusi.
Dalam penerapannya, tidak semua pestisida sampai ke sasaran. Kurang dari 20% pestisida sampai ke tumbuhan. Selebihnya lepas begitu saja.
Akumulasi dari pestisida dapat mencemari lahan pertanian dan apabila masuk dalam rantai makanan, dapat menimbulkan macam-macam penyakit, misalnya kanker, mutasi, bayi lahir cacat, dan CAIDS.
Pestisida yang paling merusak adalah pestisida sintesis, yaitu golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang dihasilkan lebih tinggi ketimbang senyawa lain, mengingat jenis ini peka akan sinar matahari dan tidak mudah terurai. Di Indonesia, kasus pencemaran karena pestisida telah menimbulkan kerugian. Di Lembang dan Pangalengan, tanah disekitar pertanian kebun wortel, tomat, kubis dan buncis tercemar oleh organoklorin. Sungai Cimanuk juga tercemar akibat hasil-hasil pertanian yang tercemar pestisida.
Menurut data WHO yang dipublikasikan pada tahun 1990, dampak dan resiko penggunaan pestisida kimia selama ini 25 juta kasus dan meningkat pada tiap tahunnya. Data lain dari ILO pada tahun 1996 menunjukkan 14% pekerja di pertanian terkena bahaya pestisida dan 10%-nya terkena bahaya yang fatal. Fenomena seperti ini juga terjadi di sentra pertanian Indonesia seperti Brebes dan Tegal. Penelitian FAO pada tahun '92 menunjukkan, ada 19 gejala keracunan yang disebabkan pestisida pada petani cabe dan bawang. Di perkebunan Luwu, Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa 80-100% petani yang memeriksakan dirinya ke rumah sakit mengindikasikan keracunan pestisida.
Tumbuhan
Pestisida menghalangi proses pengikatan nitrogen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Insektisida DDT, metil paration, dan pentaklorofenol diketahui mengganggu hubungan kimiawi antara tanaman legum dan bakteri rhizobium.
Dengan berkurangnya hubungan simbiotik antara keduanya menyebabkan
pengikatan nitrogen menjadi terganggu sehingga mengurangi hasil tanaman
pertanian. Bintil akar
pengikat nitrogen yang terbentuk pada tanaman ini diketahui telah
berkontribusi US$ 10 miliar setiap tahunnya dalam penghematan pupuk nitrogen sintetis.
Pestisida dapat membunuh lebah dan berakibat buruk terhadap proses penyerbukan tumbuhan, hilangnya spesies tumbuhan yang bergantung pada lebah dalam penyerbukannya, dan keruntuhan koloni lebah. Penerapan pestisida pada tanaman yang sedang berbunga dapat membunuh lebah madu yang akan hinggap di atasnya. USDA dan USFWS
memperkirakan petani di Amerika Serikat kehilangan setidaknya US$ 200
juta per tahunnya akibat berkurangnya polinator untuk tanaman mereka.
Di sisi lain, pestisida juga memiliki dampak langsung yang merugikan
bagi tumbuhan, seperti rendahnya pertumbuhan rambut akar, penguningan
tunas, dan terhambatnya pertumbuhan.
Posting Komentar